Kalangantokoh Islam, salah satunya Ki Bagus Hadikusumo, dengan teguh memegang pendirian bahwa beberapa hal penting yang berhubungan dengan Islam harus dimasukkan ke dalam batang tubuh konstitusi Negara Republik Indonesia. Bahkan Ki Bagus Hadikusumo dapat disebut sebagai penggagas landasan Ketuhanan negara Republik Indonesia.
Prof. Mr. Dr. Soepomo dikenal sebagai arsitek UUD adalah ketua dari Panitia Kecil Perancang Undang-undang Dasar yang beranggotakan Mr. KRMT Wongsonegoro, Mr. Raden AchmadSoebardjo Djojoadisoerjo, Mr. Alexander Andries Maramis, Mr. Raden Panji Singgih, Haji Agus Salim, Dr. Soekiman Wirjosandjojo. Pada tanggal 14 Juli 1945, sidang pleno BPUPKI menerima laporan hasil pembahasan panitia pimpinan Soepomo ini. Berikut hasil kerja panitia kecil tersebutPernyataan Indonesia Undang-Undang Dasar Preambul.Undang-Undang Dasar Batang Tubuh yang kemudian dinamakan sebagai "Undang-Undang Dasar 1945"Soepomo kecil dilahirkan di Sukoharjo, daerah Surakarta pada tanggal 22 Januari adalah keturunan priyayi. Ayahnya adalah Raden Tumenggung Wignyodipuro, menjabat sebagai Bupati Anom, Inspektur Penghasilan Negeri Kasunanan adalah anak tertua dari 11 dasar Soepomo diselesaikan di Europesche Lagere School ELS.Lalu melanjut ke MULO, setingkat SMP, di kota Solo. Selepas dari MULO Soepomo berangkat ke Jakarta untuk meneruskan masuk ke Bataviasche Rechtsschool, sebuah sekolah kejuruan hukum pada saat lulus tahun 1923 dan menjadi salah seorang pelajar lulus Soepomo diangkat menjadi pegawai negeri di Pengadilan Negeri di Sragen, daerah prestasinya yang membanggakan, Soepomo mendapat kesempatan untuk melanjutkan pendidikannya ke Rijksuniversiteit Leiden di Belanda, di bawah bimbingan Cornelis van Vollenhoven, seorang antropolog juga seorang profesor Hukum Adat menyelesaikan pendidikannya hingga ke jenjang doktor hanya dalam rentang waktu tiga tahun, tahun 1924- doktornya yang berjudul Reorganisatie van het Agrarisch Stelsel in het Gewest Soerakarta Reorganisasi sistem agraria di wilayah Surakarta tidak saja mengupas sistem agraria tradisional di Surakarta, tetapi juga secara tajam menganalisis hukum-hukum kolonial yang berkaitan dengan pertanahan di wilayah masa studinya di Belanda, , Soepomo bergabung dalam organisasi mahasiswa bernama Perhimpunan Indonesia Indonesische Vereeniging, yang bertujuan Indonesia dari negeri Belanda, Soepomo langsung mengabdikan hidupnya pada pun terpaksa harus berpindah-pindah karena tugas. Soepomo pernah di tempatkan di Sragen,Yogyakarta, Jakarta, dan bertugas di Jakarta ia melakukan penelitian hukum adat privaatrecht der Inheemse bevolking di daerah hukum rechtskring Jawa pemerintah Jepang berkuasa, Soekarno membentuk Panitia Kecil Perancang Undang-undang Dasar yang diketuai oleh jabatan penting yang pernah diemban oleh Soepomo yaitu Menteri Kehakiman Republik Indonesia yang pertama, salah satu utusan menghadiri Konperensi Meja Bundar KMB di Den Haag, sebagai Duta Besar RI di Inggris London tahun 1954-1956, Guru Besar pada Universitas Gajah Mada, Akademi Ilmu Politik, pada Fakultas Hukum dan Pengetahuan Masyarakat Universitas Indonesia dan Perguruan Tinggi Ilmu juga adalah Rektor kedua Universitas Indonesia, saat itu masih bernama Presiden Universiteit juga pernah memimpin berbagai lembaga internasional, misalnya International Insstitute of Differing Civilization di Brusel, dan International Commission for a Scientific and Cultural History of Mankind and Indonesian Institute of World meninggal akibat serangan jantung pada tanggal 12 September 1958 di dikebumikan di makam keluarga di kampung Yosoroto, jasa-jasanya, Soepomo dianugerahi gelar Pahlawan Nasional berdasarkan SK Presiden Republik Indonesia No. 123 Tahun 1965 tanggal 14 Mei 1965.
Sebagaipenghargaan atas jasa-jasanya, Sukarno dipertahankan sebagai presiden tituler diktatur militer itu sampai Maret 1967. pemerintah Indonesia diwakili oleh Perdana Menteri Amir Syarifuddin. 1949. Dalam konferensi tersebut hadir 19 negara termasuk utusan dari Mesir, Italia, dan New Zealand. Wakil-wakil dari Indonesia antara lain Mr
Mendapat kepercayaan di bidang hukum dari Pemerintahan Hindia Belanda, tak membuat Soepomo buta’ akan keadaan rakyat Indonesia yang terbelenggu oleh kebodohan dan Indonesia memperingati hari kemerdekaannya setiap tanggal 17 Agustus. Banyak cara yang dilakukan masyarakat dalam mengisi hari kemerdekaan seperti mengadakan lomba, mengadakan upacara bendera, berdoa, mengunjungi makam pahlawan atau mengingat kembali tokoh yang berjasa dalam merebut kemerdekaan. Untuk yang terakhir, salah satu nama yang pantas disebut adalah Prof. Dr. Mr. Soepomo di tengah-tengah bangsa Indonesia merupakan jawaban terhadap tantangan yang senantiasa mencengkeram bangsa Indonesia pada masa kolonial Belanda. Soepomo yang lahir di Sukoharjo, Solo, Jawa Tengah, 22 Januari 1903 merupakan salah satu pribumi yang berkesempatan mengenyam pendidikan di sekolah berbahasa Soepomo dapat dilihat dari salah satu buku berjudul Prof. Mr. Dr. R. Soepomo yang ditulis oleh Soegito Bc. HK. Diceritakan, Soepomo berkesempatan mengenyam pendidikan di ELS Europeesche Lagere School di Boyolali 1917, MULO Meer Uitgebreid Lagere Onderwijs di Solo 1920, dan menyelesaikan pendidikan kejuruan hukum di Bataviasche Rechtsschool di Batavia pada 1923. Setelah menyelesaikan pendidikan hukum di Batavia, pada 1924, dia meneruskan pendidikan hukumnya di Rijksuniversiteit Leiden, di sana, Soepomo dibimbing Cornelis van Vollenhoven, profesor hukum yang dikenal sebagai arsitek’ ilmu hukum adat Indonesia dan ahli hukum internasional, yang juga salah satu konseptor Liga Bangsa-Bangsa. Dia mendapat gelar doktor pada 1927 dengan disertasi berjudul De Reorganisatie van het Agrarisch Stelsel in het Gewest di Tanah Air pada 1927, Soepomo menjalani beberapa profesi hukum di antaranya Ketua Pengadilan Negeri Yogyakarta, Direktur Justisi di Jakarta, hingga Guru Besar hukum adat pada Rechts Hoge School di Jakarta. Profesi yang dijalaninya itu merupakan kepercayaan dari Pemerintah Hindia Belanda dan dari kalangan profesi yang digeluti Soepomo mengharuskannya terjun’ langsung melihat kondisi di lapangan. Dalam kenyataannya, dia banyak melihat kesengsaraan serta kebodohan menyelimuti rakyat. Hatinya pun terbuka untuk berjuang membebaskan penderitaan tersebut. Salah satu caranya melalui penyuluhan dan pemuda yang aktif dalam pergerakan. Dia bergabung dengan organisasi Boedi Oetomo, salah satu organisasi yang memiliki tujuan untuk membebaskan Indonesia dari belenggu penjajahan. Sebelumnya, dia juga pernah belajar pergerakan saat masih di Belanda.
GelarPahlawan Proklamasi diberikan oleh pemerintah karena jasa jasanya kepada. Gelar pahlawan proklamasi diberikan oleh pemerintah. School Universitas Terbuka; Course Title ENGLISH 2020; Uploaded By CoachHyenaPerson490. Pages 35 This preview shows page 14 - 17 out of 35 pages.
- Nama Dr. Soepomo mungkin lebih dikenal sebagai jalan di bilangan Tebet, Jakarta Selatan. Namanya memang diabadikan di jalan Jakarta dan sejumlah kota lain di Indonesia atas jasanya yang besar. Dr Soepomo adalah salah satu perumus Undang-undang Dasar 1945. D ikutip dari Biografi yang disusun Direktorat Jenderal Kebudayaan, Soepomo lahir di Sukoharjo, Jawa Tengah pada 22 Januari berasal dari kota kecil, Soepomo lahir dari keluarga yang terpandang di sana. Ia adalah putra pertama Raden Tumenggung Wignyodipuro, pejabat Bupati Anom Inspektur Hasil Negeri Kasunanan Surakarta Hadiningrat. Baca juga Para Tokoh di Balik Lahirnya Pancasila Kakeknya, KRT Reksowadono, adalah Bupati Sukoharjo. Kendati terlahir ningrat, Soepomo tak memiliki jiwa feodal seperti keluarga kepala daerah umumnya. Ia digambarkan sebagai anak yang sederhana dan rendah hati. Berprestasi di sekolah Sebagai anak bangsawan, Soepomo mendapat kehormatan untuk bersekolah di sekolah dasar untuk anak-anak Belanda dan bangsawan yakni Europeesche Lagere School di Solo. Soepomo menamatkan sekolah pada 1917, di usia yang cukup muda yakni 14 tahun. Ia kemudian melanjutkan sekolah ke tingkat berikutnya di Meer Uitgebreid Lager Onderwijs MULO yang ada di Solo juga. Baca juga Ingat MULO dan HBS? Ini Beberapa Sekolah Umum pada Masa Hindia Belanda Soepomo remaja menamatkan sekolah pada 1920 dengan prestasi yang gemilang. Di sekolah ini pula, Soepomo bertemu dengan Raden Ajeng Kushartati, gadis keraton yang kelak menjadi istrinya. Selepas lulus dari MULO, Soepomo kemudian melanjutkan sekolah hukum ke Rechtscool di Jakarta pada 1920. Di Jakarta, Soepomo mulai bergaul dengan pemuda-pemuda lain yang tergabung dalam pergerakan nasional. Soepomo lagi-lagi menuai prestasi dengan menamatkan Rechtscool pada 1923 dengan hasil yang memuaskan. Pada 16 Mei 1923, ia diangkat sebagai pegawai negeri dengan penempatan Pengadilan Negeri di Sragen, kota tempat kakeknya, RT Wirjodiprodjo menjabat sebagai Bupati Nayaka Kabupaten Sragen. Baca juga Asal-usul Indonesia, dari Catatan Bung Hatta sampai Peran STOVIA Pekerjaan yang disenanginya itu harus ditinggalkannya pada 12 Agustus 1924. Saat itu, Soepomo mendapat programstudieopdracht atau pertukaran pelajar. Belajar pergerakan di Belanda Di usia 21 tahun, Soepomo mengejar cita-citanya menjadi ahli hukum dengan menimba ilmu di Fakultas Hukum di Universiteit Leiden. Ia memperdalam diri dalam peminatan hukum adat. Di sana, Soepomo juga bergabung dengan organisasi Indonesische Vereniging atau Perhimpunan Indonesia. Perkumpulan yang berubah menjadi organisasi politik itu mengajarkan nilai-nilai pergerakan untuk kemerdekaan kepada Soepomo. Prof. Mr. Dr. R. Supomo 1977 Soepomo bersama teman-temannya di Belanda. Selain aktif di pergerakan, Soepomo juga aktif di kesenian. Jiwa seninya terlihat dari tariannya yang berbakat. Lewat berbagai pentas, Soepomo ingin menunjukkan Indonesia adalah bangsa dengan peradaban yang tinggi. Keahlian menari itu diwarisi dari seorang pangeran keraton bernama Sumodiningrat. Soepomo bahkan sempat menari dalam pagelaran di Paris pada 1926. Baca juga Keraton Kartasura, Istana yang Menjadi Pemakaman Setahun kemudian, pada 14 Juni 1927, Soepomo meraih gelar Meester in de rechtern Mr atau magister hukum dengan predikat summa cum laude. Disertasinya yang berjudul De Reorganisatie van het Agrarisch stelsel in het Gewest Soerakarta juga membuatnya langsung meraih gelar doktor. Semua diraih dalam usia 24 tahun. Kendati sibuk sekolah, Soepomo muda tetap tak lupa pada pujaan hatinya semasa sekolah di Solo. Takdir mengantarkannya bertemu kembali dengan Raden Ajeng Kushartati. Saat pesta perkawinan emas Ratu Wilhelmina di Belanda, Supomo bertemu dengan kedua orangtua Raden Ajeng Kushartati. Soepomo meminta restu untuk mengawininya. Perkawinan pun dilaksanakan di Indonesia setelah Soepomo kembali. Baca juga Villa Yuliana, Persembahan untuk Putri Ratu Wilhelmina di Kabupaten Soppeng Jadi hakim dan profesor Sekembalinya ke Tanah Air, Soepomo menjalani beberapa profesi. Di antaranya, Ketua Pengadilan Negeri Yogyakarta, Direktur Justisi di Jakarta, hingga Guru Besar hukum adat pada Rechts Hoge School di Jakarta. Pekerjaan Soepomo mengharuskannya meneliti ke lapangan. Ia turun ke rumah penduduk dan dan melihat bagaimana kebodohan membelenggu rakyat. Soepomo menilai keadaan itu hanya bisa diperbaiki lewat pendidikan. Berangkat dari pemikiran itu, Soepomo kerap memberi penyuluhan dan bantuan kepada masyarakat. Dikutip dari Ensiklopedia Tokoh Nasional, Prof. Mr. Soepomo 2017, cita-cita luhur Soepomo membuatnya bergabung dengan organisasi Budi Oetomo. Seperti organisasi dan partai politik lainnya, Budi Oetomo juga mencita-citakan kemerdekaan bangsa. Caranya, lewat pendidikan bagi seluruh anak bangsa. Baca juga Boedi Oetomo, Sang Penanda Kebangkitan Nasionalisme Kiprah Soepomo cukup menonjol di organisasi itu. Pada 1930, ia pun dipercaya menjabat wakil ketua. Di sisi lain, profesinya sebagai hakim membuatnya dilematis. Saat itu, Pemerintah Kolonial Belanda memberlakukan serangkaian aturan yang melarang orang berkumpul dan berserikat dalam kegiatan politik. Sejumlah tokoh nasional pernah dijebloskan ke penjara karena aturan-aturan ini. Soekarno pernah masuk penjara Sukamiskin, Bandung hingga Ende dan Bengkulu. Begitu pula Hatta, Sutan Syahrir, Amir Syarifuddin, Sayuti Melik, dan banyak nama lainnya. Soepomo yang dalam hati mendukung pergerakan yang dilakukan para tokoh, terikat pada pekerjaannya sebagai pegawai pemerintahan. Baca juga Ende, Tempat Soekarno Merenungkan Pancasila Sebagai hakim, ia harus menjatuhkan hukuman yang dibuat Belanda kepada saudara sebangsanya sendiri. Soepomo berusaha membantu perjuangan dengan cara memberi saran kepada para pejuang untuk bertemu secara sembunyi-sembunyi. Ia juga kerap mendebat aparat polisi yang menangkap pejuang. BPUPKI lalu PPKI Memasuki masa pendudukan Jepang pada 1942, Soepomo melakoni peran baru sebagai Mahkamah Agung Saikoo Hoin dan anggota Panitia Hukum dan Tata Negara. Setahun kemudian, ia diangkat menjadi Kepala Departemen Kehakiman Shijobuco. Soepomo menerima pekerjaan itu karena di era pendudukan Jepang, para pejuang memilih tak melawan dan kooperatif dengan militer Jepang yang keras. Jepang yang awalnya diharapkan sebagai saudara dari Timur yang akan membebaskan Indonesia dari penjajahan, malah membuat kehidupan rakyat makin terpuruk. Baca juga Benarkah Indonesia Dijajah Belanda Selama 350 Tahun? Kebijakan Jepang yang asal-asalan membuat rakyat hidup sengsara dan kelaparan. Rakyat terus menagih janji Jepang untuk memberikan kemerdekaan Indonesia. Perang Dunia Kedua yang menghimpit Jepang pada 1944, mengkhawatirkan banyak pihak termasuk Soepomo. Para tokoh pergerakan khawatir Jepang batal memberikan kemerdekaan yang dijanjikan. Jepang tak bisa berkelit. Untuk melunasi janjinya, mereka membentuk satu badan yang bertugas mempersiapkan dan merancang berdirinya negara yang merdeka dan berdaulat. Pada 26 April 1945, badan itu, Dokoritsu Zyumbi Coosakai atau Badan Penyelidik Usaha Kemerdekaan Indonesia BPUPKI, dibentuk. Soepomo, bersama Bung Karno, Bung Hatta, AA Maramis, Abdul Wahid Hasyim, dan Moh Yamin direkrut ke juga Hari Ini dalam Sejarah PPKI Mulai Bekerja Siapkan Kemerdekaan RI Masing-masing mengemukakan pendapatnya soal pemikiran untuk menjadi dasar negara. Soepomo, pada 31 Mei 1945, mengajukan lima prinsip. Kelima prinsip sebagai dasar negara itu adalah persatuan, mufakat dan demokrasi, keadilan sosial, serta kekeluargaan, dan musyawarah. Soepomo juga menyampaikan konsep negara kesatuan untuk diberlakukan di Indonesia. Hasil pemikiran para tokoh itu disahkan menjadi Piagam Djakarta pada 22 Juni 1945. Untuk agenda selanjutnya, perumusan undang-undang dasar, BPUPKI digantikan dengan Panitia Persiapan Kemerdekaan Indonesia PPKI. Menjadi menteri Kekalahan Jepang pada Agustus 1945 mendorong Indonesia memproklamasikan kemerdekaannya pada 17 Agustus. Keesokan harinya, PPKI menggelar sidang. Baca juga Saat Sutan Syahrir Mendengar Berita soal Kekalahan Jepang dari Sekutu pada 10 Agustus 1945... Sidang itu menetapkan Undang-undang Dasar 1945 sebagai konstitusi negara serta menetapkan Soekarno dan Hatta sebagai presiden dan wakil presiden. PPKI juga membentuk Komite Nasional Indonesia Pusat KNIP dan Badan Keamanan Rakyat BKR. PPKI dibubarkan dan anggotanya masuk ke KNIP. Kemudian pada 19 Agustus 1945, Soekarno membentuk kabinet yang terdiri dari 16 menteri. Soepomo diangkat sebagai Menteri Kehakiman. Penunjukan itu dilakukan Soekarno karena yakin terhadap kecakapan Soepomo di bidang hukum. Soepomo menjadi Menteri Kehakiman pertama RI. Baca juga Kronik KUHP Seabad di Bawah Bayang Hukum Kolonial Salah satu tugas penting Soepomo yakni merumuskan aturan hukum. Ia bercita-cita Indonesia bisa punya kodifikasi hukum sendiri alih-alih mengadopsi hukum Belanda. Kodifikasi hukum ini, seperti keinginan Soepomo, berasal dari hukum adat Indonesia. Sayangnya, hingga saat ini, hukum yang dibukukan dalam Kitab Undang-undang Hukum Pidana KUHP, masih sebagian besar menganut kodifikasi era kolonial Hindia Belanda. Indonesia berganti-ganti bentuk Di awal kemerdekaannya, bentuk negara serta pemerintahan Indonesia kerap berubah-ubah. Pada 14 November 1945, Indonesia berubah bentuk dari sistem presidensil menjadi pemisahan kepala negara dengan kepala pemerintahan. Baca juga 6 Kejadian Unik Saat Upacara Hari Kemerdekaan 17 Agustus Presiden Soekarno menjadi kepala negara, sementara kepala pemerintahan di tangan Perdana Menteri Sutan Syahrir. Syahrir merombak kabinet Soekarno dan menggantinya dengan orang-orang politik, kebanyakan dari Partai Sosialis Indonesia PSI. Soepomo yang bukan orang partai pun lengser. Namun hal itu tak dirisaukannya. Ia paham akan dinamika politik. Soepomo tetap membantu bangsa. Ketika Ibu Kota Indonesia dipindah dari Jakarta ke Yogyakarta, Soepomo ikut. Di sana, ia diminta membantu pendirian lembaga pendudukan tinggi setingkat universitas. Maka pada 3 Maret 1946, berdirilah Universitas Gadjah Mada UGM. Soepomo ditunjuk sebagai guru besar di Fakultas Hukum. Baca juga Perjalanan Panjang UGM dan Museumnya yang Menyimpan Kisah Obama Selain sibuk mengajar di UGM dan Akademi Kepolisian di Magelang, Soepomo juga aktif di kegiatan lain. Ia diminta menjadi penasihat Menteri Kehakiman. Soepomo juga ditunjuk sebagai salah satu pengurus Komite Olahraga Nasional Indonesia KONI Pusat. Kemudian pada Desember 1946 sampai Mei 1947, Soepomo diminta menjadi anggota panitia reorganisasi Tentara Republik Indonesia. Ia diminta menyumbangkan pemikiran terkait rencana pemerintah menyusun kembali struktur organisasi angkatan perangnya. Kembali jadi menteri Di tengah pergolakan politik dalam negeri, Indonesia masih harus menghadapi Belanda yang ingin kembali berkuasa. Baca juga Jembatan “Saksi” Agresi Militer Belanda II Itu Akhirnya Runtuh… Soepomo beberapa kali menjadi delegasi antara Indonesia dengan Belanda. Salah satunya, di perjanjian Renville yang dianggap merugikan Indonesia. Perjanjian itu mempersempit wilayah Indonesia menjadi hanya Jawa Tengah dan Jawa Timur. Kemudian saat Belanda menyerang Ibu Kota Yogyakarta atau yang dikenal sebagai Agresi Militer II Belanda pada 1949, Soepomo mengambil peran sebagai delegasi dalam perundingan untuk membela Indonesia. Puncak perundingan itu, dihasilkan kesepakatan lewat Konferensi Meja Bundar KMB di Den Haag, Belanda pada 23 Agustus 1949. Soepomo yang terlibat dalam KMB, dipercaya sebagai Ketua Panitia Konstitusi dan Politik. Tugasnya mengajukan rancangan konstitusi yang bisa diterima Belanda. Baca juga Hari Ini dalam Sejarah Dimulainya Konferensi Meja Bundar di Den Haag, Belanda Meski lewat KMB Belanda akhirnya melepas Indonesia, namun Indonesia dipaksa merubah bentuknya menjadi Republik Indonesia Serikat. Bagi Soepomo, apa yang dihasilkan lewat KMB sudah maksimal kendati banyak hal yang harus direlakan. Salah satunya, mengganti bentuk negara kesatuan. Dalam pemerintahan RIS, Soepomo kembali duduk sebagai menteri kehakiman pada 20 Desember 1949. Tak lama setelah diangkat, yakni pada 19 Mei 1950, Soepomo menggelar pertemuan. Pertemuan itu untuk mengakomodasi keinginan rakyat mengembalikan bentuk negara ke negara kesatuan. Aktivitas hingga tutup usia Setelah lengser sebagai menteri pada September 1950, Soepomo diberi mandat sebagai anggota delegasi RI untuk menghadiri sidang umum PBB di Lake Succes pada 13 November 1950. Baca juga Polemik 1 Juni sebagai Hari Lahir Pancasila pada Era Orde Baru... Lewat sidang itu, Indonesia dinyatakan sebagai anggota PBB dengan nomor urut 60. Setelah itu, Soepomo diangkat sebagai Duta Besar RI untuk Belanda. Tugasnya, membina hubungan antara Indonesia dengan Belanda pasca-KMB. Setelah Belanda, Soepomo menjadi Duta Besar untuk Inggris dari 1954 hingga 1956. Di dunia akademik, Soepomo juga diangkat sebagai profesor lalu Presiden Universitas Indonesia. Di tingkat internasional, Soepomo menjabat Wakil Presiden International Institute of Differing Civilization yang berpusat di Brussel, Belgia. Ia juga menjadi wakil ketua di International Comission for Scientific and Cultural History of Mankind dan Indonesia Institute for World Affairs. Baca juga 17 Agustus Di 9 Tempat Ini, Soekarno Pernah Catatkan Sejarah... Jabatan terakhir yang diembannya adalah sebagai anggota Panitia Negara untuk Urusan Konstitusi pada 1958. Soepomo tutup usia pada 12 Desember 1958 usai bermain tenis di rumahnya di Jalan Diponegoro, Jakarta. Ia meninggal karena serangan jantung. Soepomo dimakamkan keesokan harinya di Pemakaman Yosoroto di Jalan Slamet Riyadi, Purwosari, Surakarta. Sebagai penghargaan, Soepomo diberikan gelar Pahlawan Nasional pada 1965. Dapatkan update berita pilihan dan breaking news setiap hari dari Mari bergabung di Grup Telegram " News Update", caranya klik link kemudian join. Anda harus install aplikasi Telegram terlebih dulu di ponsel.
MohammadYamin merupakan pahlawan yang memperjuangakan persatuan dan kesatuan pemuda melalui Sumpah Pemuda tahun 28 Oktober 1928. Beliau adalah seorang sastrawan, politikus dan ahli hukum yang disegani sebagai Pahlawan nasional Indonesia. Beliau Lahir di Sawah Lunto Sumatera Barat pada tanggal 24 Agustus 1903.
atas jasa jasanya, pemerintah indonesia memutuskan mr. soepomo sebagai jagoanatas jasa jasanya, pemerintah indonesia menetapkan mr. soepomo selaku satriaatas jasa-jasanya,pemerintah indonesia menetapkan Mr Soepomo sebagai pahlawanatas jasa jasanya, pemerintah indonesia memutuskan mr. soepomo sebagai satriaAtas jasa-jasanya pemerintah indonesia memutuskan mr soepomo selaku pendekar …… pendekar kemerdekaan. mudah-mudahan membantu atas jasa jasanya, pemerintah indonesia menetapkan mr. soepomo selaku satria jagoan proklamasi karna beliau telah berjuang untuk memerdekan indonesia atas jasa-jasanya,pemerintah indonesia menetapkan Mr Soepomo sebagai pahlawan Soepomo hero nasional indonesia atas jasa jasanya, pemerintah indonesia memutuskan mr. soepomo sebagai satria soepomo sebagai jagoan nasional indonesia Atas jasa-jasanya pemerintah indonesia memutuskan mr soepomo selaku pendekar …… Jawaban Atas jasa-jasanya maka Mr. Soepomo ditetapkan selaku Pahlawan Nasional Indonesia. Mr. Soepomo ditetapkan menjadi hero nasional pada tanggal 14 Mei 1965.
IrwandiYusuf menceritakan jasa-jasanya dalam proses perdamaian antara GAM dan Pemerintah Indonesia serta jasanya sebagai gubernur. Irwandi Yusuf menceritakan jasa-jasanya dalam proses perdamaian antara GAM dan Pemerintah Indonesia serta jasanya sebagai gubernur. Senin, 6 Desember 2021; Cari. Network. Tribunnews.com;
Uploaded byfandics 0% found this document useful 0 votes172 views1 pageOriginal TitleProf Dr Attribution Non-Commercial BY-NCAvailable FormatsDOCX, PDF, TXT or read online from ScribdShare this documentDid you find this document useful?Is this content inappropriate?Report this Document0% found this document useful 0 votes172 views1 pageProf DR SoepomoOriginal TitleProf Dr byfandics Full descriptionJump to Page You are on page 1of 1Search inside document Reward Your CuriosityEverything you want to Anywhere. Any Commitment. Cancel anytime.
Dalampertempuran yang berlangsung sampai awal Desember itu gugur beribu-ribu pejuang Indonesia. Pemerintah menetapkan tanggal 10 November sebagai Hari Pahlawan. Hari Pahlawan untuk memperingati jasa para pahlawan. Perlawanan rakyat Surabaya mencerminkan tekad perjuangan seluruh rakyat Indonesia. 5. b.
Prof. Dr. Mr. Soepomo Ejaan Soewandi Supomo; 22 Januari 1903 – 12 September 1958 adalah seorang adalah seorang politikus dan pengacara Indonesia yang menjabat sebagai Menteri Kehakiman pertama negara itu dari Agustus hingga November 1945 dan lagi dari Desember 1949 hingga 6 September 1950. Dikenal sebagai bapak konstitusi Indonesia,[1] ia secara anumerta dinyatakan sebagai Pahlawan Nasional Indonesia oleh Presiden Soekarno pada tahun 1965. Soepomo dikenal sebagai perancang Undang-undang Dasar 1945, bersama dengan Muhammad Yamin dan Soekarno.[2]
1pPlz. kmf933ukkz.pages.dev/201kmf933ukkz.pages.dev/66kmf933ukkz.pages.dev/388kmf933ukkz.pages.dev/469kmf933ukkz.pages.dev/306kmf933ukkz.pages.dev/469kmf933ukkz.pages.dev/560kmf933ukkz.pages.dev/49
atas jasa jasanya pemerintah indonesia menetapkan mr soepomo sebagai pahlawan